"Ningkuk" Tradisi Di Muba Sebagai Arena Bujang Gadis Untuk Bersosialisasi

Sekayu, Musi Banyuasin - Puluhan Muda-mudi berduyun-duyun mendatangi rumah Herdoni Syafriansyah yang merupakan pegiat budaya Muba, bukan tanpa alasan, mereka datang dan berkumpul ke rumah sohibul hajat itu untuk memainkan sebuah tradisi di Muba yang disebut Ningkuk, tradisi warisan yang telah ada sejak lama.

Ningkuk sendiri dilaksanakan dengan bertemunya sejumlah muda-mudi di malam menjelang resepsi pernikahan. Berbekal sebuah cangkir beras dan sehelai selendang yang kemudian dibawa berkeliling mengitari para pemuda dan pemudi yang berkumpul, dengan diiringi musik.

Selama musik terus berputar, selendang yang dijalankan secara estafet tersebut juga terus berpindah dari pemuda yang satu ke pemuda lainnya, namun ketika musik diberhentikan oleh moderator, selendang pun harus dihentikan.

Siapa saja pemegang selendang yang saat itu berhenti berpindah, maka pemegang selendang akan diberikan "hukuman". "Hukuman" tersebut berupa sebuah tindakan, misalnya diharuskan menari dengan pasangan lawan jenis, merayu, berpantun, atau menyanyi serta masih banyak lagi hukuman berupa kesenian lainnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Muba, melalui Kabid Kebudayaan, H. Muardi, S.Pd, MM mengatakan pihaknya mencoba untuk melestarikan tradisi Ningkuk ini, menurutnya banyak nilai positif yang terkandung pada kegiatan Ningkuk Muda Mudi ini yang bisa dipetik, seperti nilai sosial kemasyarakatan, pelajaran tanggung jawab, kecekatan, dan tentu saja bisa menjadi rekreasi murah.

Sementara Yoyong Amilin selaku moderator acara mengatakan, mengajak sejenak melupakan hiruk pikuk dunia maya. Ia mengajak kembali ke akar jati diri sebagai manusia sosial di kehidupan nyata. "Mari kita kembali bergembira, merawat tradisi lama yang telah hampir punah. Mari kita bermain Ningkuk dengan penuh suka cita," kata dia.

Laporan: ril

Editor : Luthfy

Baca Juga :